Pages

Senin, 15 Februari 2010

Guru dari surabaya bergaji Rp 12 miliar per bulan


KursiTerbalik.com - Raih profesor dan 4 gelar doktor sekaligus

Ken Soetanto, asli Surabaya bergaji Rp 12 miliar per
bulan di Jepang

JAKARTA - Prestasi membanggakan ditorehkan Prof Ken
Soetanto. Warga Surabaya ini menggondol gelar profesor
dan empat doktor selama bertahun-tahun mengabdikan
hidupnya di Jepang. Hebatnya lagi, prestasi
akademiknya tersebut diakui di Jepang dan AS dengan
menjadi profesor di usia 37 tahun.

Pada 1988-1993, Soetanto yang juga direktur Clinical
Education and Science Research Institute (CERSI) ini
menjadi asosiate professor di Drexel University dan
School Medicine at Thomas Jefferson University,
Philadelphia, USA. Ia juga pernah tercatat sebagai
profesor di Biomedical Engineering Program University
of Yokohama (TUY).

Saat ini pria beristri juga perempuan Surabaya ini
tercatat sebagai prosefor di almameternya, School of
International Liberal Studies (SILS) Waseda
University, dan profesor tamu di Venice International
University, Italia.

Gelar itu dirangkap dengan jabatan wakil dekan di
Waseda University. Kemampuan otak pria kelahiran 1951
ini sungguh brilian karena mampu menggabungkan empat
disiplin ilmu berbeda. Itu terungkap dari empat gelar
doktor yang diperolehnya. Yakni, bidang Applied
Electronic Engineering di Tokyo Institute of
Technology, Medical Science dari Tohoku University,
dan Pharmacy Science di Science University of Tokyo.
Yang terakhir adalah doktor bidang ilmu pendidikan di
almamater sekaligus tempatnya mengajar Waseda
University.

''Saya sungguh menikmati dengan pekerjaan sebagai
akademisi,'' tutur Soetanto dalam wawancara khusus
dengan koran ini di President University, Jababeka
Education Park, Cikarang, Jawa Barat, Sabtu lalu.
Soetanto kebetulan berada di Indonesia untuk
mendampingi Dr Kotaro Hirasawa (dekan Graduate School
Information Production & System Waseda University) dan
Yukio Kato (general manager of Waseda University)
dalam penandatanganan MoU antara President University
dan Waseda University. President University adalah
institusi perguruan tinggi berbasis kurikulum bertaraf
internasional yang berlokasi di tengah-tengah sekitar
1.040 perusahaan di kawasan industri Jababeka,
Cikarang. Sebagian mahasiswa President University
berasal dari Cina, Vietnam, dan Jepang.

Di luar status kehormatan akademik itu, Soetanto juga
masuk birokrasi di Negeri Sakura. Pria yang pernah
berkawan dengan mantan presiden RI BJ Habibie ini ini
tercatat sebagai komite pengawas (supervisor
committee) di METI (Japanese Ministry of Economy,
Trade, and Industry atau semacam Menko Perekonomian di
RI). Selain itu juga ikut membidani konsep masa depan
Jepang dengan menjadi Japanese Government 21st Century
Vision.

''Pada jabatan tersebut saya berpartisipasi langsung
menyusun GBHN (kebijakan makro)-nya Jepang,'' tutur
Soetanto yang masih fasih berbahasa Indonesia dan Jawa
berlogat Suroboyoan ini. Buah pemikiran Soetanto yang
terkenal adalah konsep pendidikan "Soetanto Effect"
dan 31 paten internasional yang tercatat resmi di
pemerintah Jepang.

Dan, mau tahu berapa Soetanto digaji? Jumlahnya
sangat mencengangkan untuk ukuran akademisi bergelar
profesor atau mereka yang pernah menduduki jabatan
tertinggi di perguruan tinggi (rektor). Kementerian
Pendidikan Jepang mengganjar Soetanto dengan gaji US$
15 juta (Rp 144 miliar) per tahun. Sungguh "perhatian"
dari pemerintah yang luar biasa!

Di antara segudang prestasi itu, bisa jadi yang
paling membanggakan, khususnya bagi warga Surabaya,
adalah latar belakang sekolah dasar dan menengahnya
yang ternyata dihabiskan di kota buaya. Soetanto muda
mengenyam pendidikan di SD swasta di Kapasari, SMP
Baliwerti, dan SMA Budiluhur yang dulu menjadi jujugan
sekolahan warga keturunan Tionghoa.

Kritik pendidikan RI
Seusai menandatangani MoU, Soetanto memberikan
ceramah akademik popular di hadapan ratusan mahasiswa
President University. Isi ceramahnya menarik perhatian
mahasiswa bahkan beberapa jajaran direksi PT Jababeka,
termasuk Dirut PT Jababeka Setyono Djuandi Darmono.
Maklum, Soetanto membeber pengalamannya bisa
"menaklukkan" dunia perguruan tinggi Jepang kendati
dirinya hingga sekarang masih berkewarganegaraan
Indonesia. Apalagi, dirinya berasal dari Kota Surabaya
yang nyaris tak diperhitungkan di dunia akademisi
Jepang.

Selebihnya, Soetanto banyak mengkritisi sistem
pendidikan di Indonesia yang perlu dibenahi untuk
menghasilkan produk berkualitas. ''Sistem pendidikan
di sini (Indonesia) sudah tertinggal jauh bahkan di
bawah Malaysia dan Vietnam,'' jelas Soetanto dengan
gaya bicara berapi-api. Yang ironis, penghargaan
terhadap staf pengajar atau guru di Indonesia juga
sangat kurang. Soetanto lantas mencontohkan kecilnya
gaji guru yang memaksa mereka harus bekerja sambilan.
''Dan, karena faktor tersebut jangan heran bila banyak
ilmuwan Indonesia mencari penghasilan di luar
negeri,'' pungkas Soetanto. Kendati demikian, pria
berkaca mata ini awalnya belajar ke Jepang bukan untuk
semata-mata untuk mengejar materi alias duit.

18 comments:

Mohabbad mengatakan...

Wah...wah... hebat benar ya!!!!
Coba klo di Indonesia banyak yang kaya' Bapak Soetanto, pasti pendidikan di Indonesia bisa lebih maju lagi

grosir kain mengatakan...

waw!! so expensive salary but i think it balancing with his ability. isn't he??

Anonim mengatakan...

sepertinya gajinya itu per tahun, bukan per bulan

dee mengatakan...

144 milyar per tahun = 12 milyar per bulan

Alvhie aja ga pake N mengatakan...

uang segitu banyak buat apa ya???

adit sang pemimpi mengatakan...

anak bangsa yang mengabdi untuk bangsa lain apa g da niat buat majuin bangsa sendiri

bendhol mengatakan...

bego banget yang kasih comment ya buat biaya hidup sisanya dibuang dilaut..

Anonim mengatakan...

Bener bgt tuh..para guru hrs krja sambilan.Jdny gk totalitas n fokus mjalankn tugasny mendidik.

iwan mengatakan...

Gan menurut saya c dah banyak orang Indonesia kayak gitu... cuma pemerintah kita aja yang katrok ga ketulung.. ga menghargai ilmuwan.. coba ilmuwan indonesia tu gajinya berapa? kasihan Gan.. birokrat kita setan semua..

Muhammad Azhari mengatakan...

betul itu!!! Pendidikan indonesia sudah dijajah ekonomi sehingga gaji guru takpantas, pendidikan indonesia sudah dijajah polisi buktinya ujian un ditanggap oleh densus 88 anti teror. Indonesia itu lupa bahwa guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Kerja sambilan guru akan merusak siswa itulah cita-cita terpendam pemerintah.

tulisan bisnis mengatakan...

gajinya seimbang dengan ilmunya, kapan ya Negri ini bisa melahirkan ribuan soetanto yang siap mengharumkan nama bangsa.

Fitriansyah mengatakan...

Hebat..ikut bangga..ternyata ada anak bangsa yag begitu membanggakan di mata internasional..oya tapi kadang-kadang sedih juga semua kalangan (termasuk guru dan pegawai pemerintahan lain) mengkambing hitamkan gaji kecil sebagai alasan untuk bekerja tidak optimal. tunjukkan dulu kinerja yang bagus baru meminta imbalan yang lebih..

tungseng mengatakan...

orang2 pinter indonesia banyak yang mengabdi di negara lain. pantes aja ga maju2

Anonim mengatakan...

kalau sudah punya uang banyak,minta tolong dong mengabdi pulang ke Indonesia...rakyat Indonesia ditulari ilmunya...itung2 buat ibadah ke akhirat

In mengatakan...

Halah .. dia harusnya malu, gaji dah gede, ilmu dah selangit tp ga pulang k Indonesia untuk mendharma baktikan ilmunya, malah ng jelek2 in pemerintahan indonesia

Anonim mengatakan...

hebat ken sutanto....., jadikan aja menteri diknas biar bisa merevolusi pendidikan. tapi pemerintah RI mo ndak kasik gaji 145 jt usd/thun ? Kementrian diknas kita pasti nolak tuh.. soalnya utk bayar gaji aja tentunya harus potong dana proyek dong....???

Anonim mengatakan...

wew, kalo dibilang bener ato salah susah juga ya, itu prinsip hidup masing-masing orang. Dan itu pilihan dia buat kerja di sana, melihat bagaimana nasib pembela bangsa yang banyak/seringkali sengsara (lihat acara2 membantu orang miskin di TV yg ternyata adalah pengharum nama bangsa). Kritik dia bisa jadi acuan biar bangsa ini makin maju, meski suara itu susah banget bisa ampe ke proses pikir pemimpin-pemimpin kita.

Kalo Indo duitnya banyak, gampang ningkatin kualitas pendidikan, tinggal ngebenahi moral pemimpin yang tukang korup ama konspirasi semua. Masalahny, keadaan umum kita masih di bawah, pulau2 kepisah jauh, penyebaran kekayaan dan pendidikan masih belum ada seimbangnya sama sekali. Tentu aja hal ini cuman bisa dibenahi sedikit2 scr bertahap...

Gak tau deh gimana keadaan pendidikan Indo sekarang, smoga aja makin lama makin baik... =D

(NB: ini pikiran mahasiswa loh ya, tidak memihak orang2 / instansi tertentu)

fir'aun ngeblog mengatakan...

spektakuleeeeeeerrrr... :-)